بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ
Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
– Imam Mahdi
dan Al-Masih Mau’ud a.s. –
Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
(Bagian 13)
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ
وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ
وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ
شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ
یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad adalah Rasul
Allah, dan orang-orang yang besertanya sangat terhadap terhadap orang-orang
kafir, tetapi kasih-sayang di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta
sujud mencari karunia dan keridhaan-Nya,
cirri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka, dari bekas-bekas sujud.
Demikian perumpamaan mereja dalam Taurat, dan perumpamaan mereka
dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya kemudian
menjadi kuat, lalu menjadi kokoh dan berdiri mantap pada batangnya, menyen
angkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan kemarahan orang-orang kafir
dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar (Al-Fath
[48]:30).
اِنَّ
الَّذِیۡنَ یُبَایِعُوۡنَکَ
اِنَّمَا یُبَایِعُوۡنَ اللّٰہَ ؕ یَدُ اللّٰہِ فَوۡقَ
اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ فَمَنۡ نَّکَثَ
فَاِنَّمَا یَنۡکُثُ عَلٰی نَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ
اَوۡفٰی بِمَا عٰہَدَ عَلَیۡہُ اللّٰہَ
فَسَیُؤۡتِیۡہِ اَجۡرًا عَظِیۡمًا
﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang
yang baiat kepada engkau sebenarnya mereka baiat kepada Allah, Tangan
Allah ada di atas tangan mereka, lalu barangsiapa melanggar janji
baiatnya maka ia memutuskan untuk kerugian dirinya sendiri; dan
barangsiapa menyempurnakan apa yang telah dia janjikan kepada Allah maka Dia
segera akan memberinya ganjaran yang
besar (Al-Fath [49]:11).
Syair-syair Mirza Ghulam Ahmad a.s.
Imam Para Pencinta Allah Saw.
Maharaja seluruh alam itu
Yang bernama Mustafa [saw.] - yang terpilih
Yang utama dari para pecinta Allah
Yang cemerlang bak matahari siang.
Sesungguhnya semua nur berasal dari
nurnya
Ia yang diridhai olehnya, diridhai
Allah.
Ia adalah air mengalir bagi kehidupan
Samudra lepas wacana ruhani.
Ia itulah yang demi kebenaran dan keluhurannya
Telah diberikan beratus bukti mewujud di dunia.
Wujudnya mensiratkan Nur Ilahi
Jejaknya mewujudkan kinerja Ilahi.
Semua nabi dan para shalihin adalah
pengagumnya
Mereka bak debu di pintu gerbangnya.
Kecintaan kepadanya mengangkat insan ke
surga
Merubah insan bak sinar rembulan
purnama.
Ia membuktikan kepada Fir’aun tiap zaman
Ratusan tanda bak tangan putihnya Musa.
(Brahin-i- Ahmadiyah; Ruhani
Khazain, vol. 1, hal.
627).
Penghulu Agung Saw.
Mungkinkah aku bisa cukup memuji Penghulu agung
Yang langit dan bumi dan kedua alam tak putus memuji?
Maqam kedekatan yang dicapainya kepada Yang Maha Tercinta,
Di luar nalar mereka yang pernah mendekat kepada-Nya.
Tak ada satu pun di dunia ini mampu
membayangkan
Karunia abadi yang terus menghampiri
dirinya.
Ia adalah imam para pilihan Tuhan dan
Raja kaum pencinta-Nya
Kalbunya telah melewati semua tahapan
kedekatan kepada Allah.
Ia yang berberkat yang jadi manifestasi tanda Samawi
Turun sebagai rahmat dari Sang Pemelihara alam semesta.
Maqamnya khusus dan luhur di hadirat Samawi
Di luar jangkauan manusia akbar dan pilihan.
Ia adalah Ahmad sampai Hari Kiamat
Yang menjadi sumber kehormatan bagi
para pendahulu
Bagi mereka yang datang setelah, ia
adalah
Pondok perlindungan, keamanan dan
kekuatan.
Tahta kemilaunya bahtera perlindungan semua makhluk
Tak seorang pun di Hari Kiamat mendapat keselamatan
Kecuali melalui syafaat dirinya.
Ia mengungguli semua bentuk keunggulan
Langit hanyalah debu dibanding
keteguhan niatnya.
Ia menzahirkan nur yang tersembunyi
sepanjang masa
Ia adalah sumber dan awal dari sinar
mentari
Yang tersembunyi sepanjang masa.
Penghulu lasykar langit dan bukti Tuhan di bumi
Bukti eksistensi akbar Wujud Sang Pencipta.
Setiap zarah dirinya tempat semayam Sang Kekasih Abadi
Setiap helahan nafasnya tersirat keindahan Sang Sahabat.
Kecantikan wujudnya mengungguli
seratus bulan dan mentari
Debu di pintunya lebih mulia dari
seratus keping kesturi Tartar.
Ia berada di luar nalar, kajian dan
imaji manusia
Bagaimana mungkin akal menggapai
samudera tak bertepi.
Kalbunya yang pertama berteriak “Balā
– Ya”,
Sesungguhnya ia adalah Adam keimanan dalam Ketauhidan
Ilahi
Bahkan sebelum Adam tercipta
Ia telah berbicara dengan Sang Tercinta.
Adalah fitratnya siap mengurbankan
nyawa bagi makhluk Tuhan
Selalu siap mengurbankan diri bagi
yang terinjak
Ia adalah penolong mereka yang tak
berdaya.
Ketika dunia terisi penyembahan
berhala dan polytheisme
Hati yang menangis darah hanyalah
hati sang raja.
Tak seorang pun menyadari keburukan polytheisme
Dan kebusukan berhala
Nurani Ahmad [saw.]
saja yang mengenalinya
Karena kalbunya
tenggelam dalam kecintaan Ilahi.
Siapa yang tahu, siapa yang menyadari
Imbauan sang pemberi syafaat
Yang dilantunkan demi kemanusiaan
Dari keheningan gua itu.
Tak terbayang duka, kepedihan dan kegelisahan
Yang membawanya ke gua, penuh galau dan kerisauan.
Tak ada ditakutinya kegelapan atau kesepian
Tak ditakutinya maut, atau pun kala dan ular.
Ia mencintai umatnya dengan sangat
Kalbunya terpaut pada kemanusiaan di
dunia
Tak dihiraukan kenyamanan tubuh
Atau pun kebutuhan dirinya.
Ia melantunkan erang kesakitan
Demi kemaslahatan manusia
Yang siang malam menyibukkan dirinya
Pada penyembahan Allah semata.
Kerendahan hati dan doanya
mengguncang langit
Para malaikat pun berurai air mata.
Karena kelembutan hatinya,Doa dan
permohonannya,
Tuhan telah menengok dengan belas
kasihan
Dunia yang gelap dan suram.
Dunia digoncang badai dosa
Di setiap negeri, manusia jadi buta dan tuli
Karena dosa dan polytheisme.
Di masa Nuh, dunia penuh durhaka
Tak
ada hati yang bebas dari kegelapan dan bala.
Syaitan berkuasa di atas semua raga
dan jiwa,
Kemudian Tuhan Yang Maha Perkasa
muncul gemilang
Kepada nurani Muhammad.
Berkatnya merangkum semua
Kulit putih atau pun hitam,
Ia mengorbankan jiwa
Bagi kemaslahatan manusia.
Wahai Nabi Allah,
Hanya engkau mentari di jalan
ketakwaan
Tak ada yang saleh atau pun lurus,
tanpa engkau
Mampu mencari jalan yang benar
sendiri.
Wahai Nabi Allah,
Bibir engkau bak sumber mata air pemberi kehidupan
Hanya engkau penunjuk jalan
Kepada Tuhan Yang Maha Benar.
Ada mereka, si Fulan yang mencari
ucapan engkau
Ada pun ia yang tak harus menunggu,
Karena mendengar langsung dari bibir engkau.
Hiduplah ia yang minum dari sumber
mata air engkau
Bijaklah ia yang mengikuti jalan
engkau.
Pengenalan utama adalah mereka yang melihat wajah engkau
Karena kejujuran, keteguhan dan kesetiaan kepada engkau
Adalah puncak kebenaran.
Tanpa dikau tak akan ada yang mampu
Menggapai khazanah pengetahuan murni
Meski ia mati dalam upaya pengagungan
dan ibadah.
Bertumpu pada upaya sendiri
Tanpa kasih kepada wujud engkau
Adalah kenaifan karena tanpa mengenali wajah engkau
Tak mungkin menengok wajah kesucian.
Tiap saat mewujud nur baru,
Berkat kecintaan kepada wujud engkau
Yang tak mungkin diperoleh seorang
pencari
Sepanjang masa hidupnya.
Segala keajaiban alam semesta ini
Segala yang indah dan utama,
Semua ada di wujud engkau.
Tak ada waktu yang lebih berharga
Dari waktu yang digunakan untuk
mencintai engkau,
Juga tak ada keselesaan lebih
menyenangkan
Dari yang diikrarkan bagi pemujaan
engkau.
Karena aku mengenali kesalehan engkau yang tanpa batas,
Rela aku menyerahkan nyawa bagi engkau,
Meski yang lain cukup dengan kinerja mereka.
Tiap orang
mendoakan dirinya saat shalat,
Wahai tamanku
dengan musim semi abadi
Aku mendoa hanya
bagi keturunan engkau.
Ya Nabi Allah, aku larut dalam
kecintaan
Pada wujud engkau yang suci.
Misal pun nyawaku seribu,
Kuwakafkan di jalan engkau semata.
Ya Nabi Allah, aku larut dalam kecintaan
Pada wujud engkau yang suci.
Misal pun nyawaku seribu,
Kuwakafkan di jalan engkau semata.
Apatah kebenaran pengabdian kepada
engkau,
Dan kecintaan kepada wujud engkau?
Itulah obat penawar setiap hati,
Pembalut batin yang luka.
Alangkah percumanya hati,
Yang tak berdebar karena engkau.
Betapa sia-sianya hidup,
Yang tidak dikurbankan bagi engkau.
Karena kecintaan engkau,
Aku tidak gentar kepada maut.
Tengoklah keteguhanku,
Aku berjalan ke tiang gantungan
dengan senyum di wajah.
Wahai rahmat Ilahi,
kami datang kepada engkau mencari rahmat engkau,
Seperti kami, beratus ribu yang berharap
Menunggu di pintu gerbang engkau.
Wahai Nabi Allah, kupersembahkan
diriku
Demi keindahan wujud engkau,
Ini kepala yang bertumpu berat di
bahuku,
Adalah persembahan bagi melayani
engkau.
Sejak
aku diizinkan menyaksikan nur Nabi Suci
Kecintaannya
seperti mata air yang membersit dari hatiku.
Api
pengabdian membersit dari nafasku seperti kilat
Wahai
sahabat berhati lemah, menjauhlah dari diriku.
Sejak melihat wujudnya dalam kasyaf
Hatiku selalu bergelora,
Wujudku, ragaku dan jiwaku adalah
persembahan
Di altar wujud dan raganya.
Telah
kulihat beribu Yusuf
dalam
lekuk di dagunya;
Aku
melihat tak terbilang Al-Masih
terlahir
lewat nafasnya.
Ia adalah raja tujuh benua
Ia adalah mentari Timur dan Barat,
Ia raja dua dunia,
Ia adalah pondok bagi yang lemah.
Berbahagialah
hati
yang
menapak lurus di jalannya
Beruntunglah
kepala yang dikurbankan
bagi hulubalang itu.
Wahai Nabi Allah,
Dunia kelam dengan kekafiran dan
penyembahan berhala,
Saatnya engkau menunjukkan wajah
Yang berpendar bagai sang surya.
Wahai
kekasihku, aku melihat nur Ilahi
Tercermin
di wujud engkau,
Aku
mendengar hati seorang bijak
Mabuk
akan kasih pada diri engkau.
Para pecinta dan yang dicerahkan,
memahami maqam engkau,
Namun mata kelelawar
Tak mampu melihat sinar mentari tengah
hari.
Setiap
orang di dunia memiliki kekasih,
Namun,
wahai wujud yang cemerlang,
Aku
hanya mengabdi kepada engkau.
Dari seluruh isi dunia ini
Aku jatuh cinta kepada wajah cantik
engkau seorang
Kutinggalkan diriku sendiri demi diri
engkau.
Apalah
artinya nyawa
yang
akan dikurbankan di jalan engkau,
Apa
artinya kemerdekaan,
jika
terperangkap pada wujud engkau.
Sepanjang hidupku,
Kasih engkau akan selalu melekat di
hatiku,
Selama darah masih mengalir di
jantungku,
Ia akan tetap hidup ditopang oleh
kasihku kepada engkau.
Wahai
Rasul Allah!
Pertautanku
dengan engkau erat sungguh;
Aku
mengabdi kepada engkau
Sejak
bayi kecil masih menyusu.
Di setiap langkah menuju Tuhan,
Aku melihat engkau sebagai penolong,
Tak terlihat, menopang dan
membimbing.
Pada
kedua dunia,
kuat sungguh ikatanku kepada engkau,
Engkau
hidupi aku laiknya bayi di pangkuan engkau.
Teringat saat ketika engkau
mengungkapkan
Wujud engkau kepadaku dalam kasyaf,
Teringat ketika engkau mengunjungi
aku,
Dengan kerinduan dan hasrat menggebu.
Teringat
kelembutan dan kasih
Yang
kau curahkan di atas diriku,
Teringat
kabar gembira
Yang
kau sampaikan dari Tuhan kepadaku.
Teringat ketika dalam keadaan sadar
penuh
Engkau izinkan aku melihat sekilas
Kecantikan wajah engkau yang memikat
Dan keindahan yang dicemburui musim
semi.
(Ayena Kamalati Islam; Ruhani Khazain, jld. V, hlm. 22-28).
* * *
Penterjemah dari bahasa Inggris: Ir.
Qoyum Khalid
Editor: Ki Langlang
Buana Kusuma
Pajajaran
Anyar, 25 Juni 2012
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar