بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam
Ahmad a.s.
– Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. –
Kepada Al-Quran
(Bagian 15)
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., bersabda:
“Semua
pengetahuan sudah terangkum di dalam Al-Quran,
namun kemampuan
nalar manusia belum bisa mengungkapkan semuanya”.
“Salah satu penyebab utama dari tersesat
dan menyelewengnya manusia di abad
ini adalah karena di mata mereka kebesaran
Al-Quran dianggap sudah tidak lagi berlaku. Ada sekelompok Muslim yang
menjadi pengikut dari aliran filosofi
yang menyesatkan. Mereka memutuskan
semua permasalahan hanya berdasar logika
saja. Mereka menyatakan bahwa hakim
tertinggi yang tersedia bagi manusia untuk penyelesaian setiap permasalahan
adalah logika.
Ketika mereka menemukan bahwa eksistensi
(keberadaan) malaikat Jibrail serta
para malaikat lainnya sebagaimana
dikemukakan dalam Kitab-kitab agama -- disamping eksistensi surga dan neraka seperti yang diutarakan Al-Quran -- ternyata tidak bisa dibuktikan oleh logika maka mereka lalu menolaknya dan beralih mencari-cari penafsiran lain yang bersifat dhaif
(lemah).
Mereka menafsirkan adanya malaikat
hanya sebagai suatu kekuatan
sedangkan wahyu sebagai kemampuan persepsi dari fikiran manusia.
Adapun surga dan neraka mereka tafsirkan sebagai siksaan
atau ketentraman ruhaniah saja. Mereka
tidak menyadari bahwa logika saja
tidak bisa menjadi sarana untuk penemuan sesuatu yang tersembunyi.
Sesungguhnya kebenaran yang
bersifat luhur dan wawasan yang
dalam, berada di luar kemampuan daya
jangkau logika manusia, dan hanya
bisa dinyatakan melalui kasyaf yang
haqiqi saja. Jika batu ujian dari kebenaran hanyalah logika maka keajaiban
Ketuhanan akan tetap tersembunyi,
sehingga pemahaman manusia akan tetap tidak lengkap dan tidak sempurna, dimana ia tetap saja tidak akan bisa terhindar
dari keraguan dan kecurigaan.
Akhir dari sudut pandangan sepihak seperti itu adalah hilangnya bimbingan dari atas, sehingga muncul
segala rupa keraguan akan eksistensi (keberadaan) Sang Maha Pencipta sendiri, karena ketiadaan pengetahuan mengenai cara
berfikir yang digerakkan oleh Kekuatan
Yang Maha Agung.
Pandangan yang menyatakan bahwa cukup logika saja untuk mengurai berbagai misteri Sang Maha Pencipta jelas tidak bisa dipertimbangkan. Kelompok yang lainnya malah meninggalkan logika sama sekali dan juga meninggalkan
Al-Quran yang menjadi sumber semua pengetahuan Samawi, lalu beralih kepada dongeng-dongeng dan ucapan-ucapan yang tidak berarti.
Kami ingin menarik perhatian kedua kelompok ini kepada Kitab Suci Al-Quran, dan mengharapkan
mereka untuk menilai keagungan dan Nur yang dikandungnya serta menggunakan logika mereka sejalan dengan bimbingan Nur tersebut. Mereka harus
meninggalkan ucapan-ucapan orang lain, bahkan jika mereka menemukan hadits yang bertentangan dengan Al-Quran, mereka patut meninggalkannya
sebagaimana diperintahkan Allah Yang Maha Agung dalam ayat:
فَبِاَیِّ
حَدِیۡثٍۭ بَعۡدَہٗ یُؤۡمِنُوۡنَ
Maka kepada hal apa lagi
mereka akan percaya jika mengesampingkan Al-Quran? (Al-A’rāf [7]:186).
Tidak diragukan lagi kalau Al-Quran merupakan otoritas tertinggi yang bersifat mutlak dan pasti. Banyak dari hadits-hadits adalah hasil buatan manusia,
dan buatan demikian tidak akan menang berhadapan dengan kebenaran. Telitilah ayat-ayat berikut ini secara mendalam,
kemudian pertimbangkan apakah pantas bagi kita untuk mengesampingkan firman Tuhan dan mencari petunjuk atau
hakim pemutus lainnya. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
اِنَّ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ یَہۡدِیۡ لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ
Sesungguhnya Al-Quran ini
membimbing kepada apa yang paling lurus’ (Bani Israil
[17]:10).
اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ
Sesungguhnya dalam hal ini
ada suatu amanat bagi kaum yang menyembah Allah (Al-Anbiya [21]:107).
وَ اِنَّہٗ لَتَذۡکِرَۃٌ
لِّلۡمُتَّقِیۡنَ
Sesungguhnya Al-Quran itu nasihat bagi
orang-orang yang bertakwa (Al-Hāqqah [69]:49).
وَ اِنَّہٗ لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ
Sesungguhnya Al-Quran itu kebenaran mutlak (Al-Haqqah [69]:52).
حِکۡمَۃٌۢ
بَالِغَۃٌ فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ
Hikmah
yang sempurna (Al-Qamar [54]:6).
الۡکِتٰبَ تِبۡیَانًا لِّکُلِّ شَیۡءٍ
Kitab yang menjelaskan segala sesuatu (Al-Nahl [16]:90).
نُوۡرٌ عَلٰی نُوۡرٍ
Nur di atas Nur
(Al-Nūr [24]:36).
شِفَآءٌ لِّمَا فِی الصُّدُوۡرِ
Penyembuh bagi penyakit apa pun yang ada di
dalam dada (Yunus [10]:58).
اَلرَّحۡمٰنُ ۙ﴿﴾ عَلَّمَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ﴿﴾
Tuhan yang Maha Pemurah, Dia mengajarkan
Al-Quran (Al-Rahmān [55]:2-3).
اَللّٰہُ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ الۡکِتٰبَ بِالۡحَقِّ وَ الۡمِیۡزَانَ
Allah adalah Dia yang telah
menurunkan Kitab ini dengan kebenaran dan juga neraca (Al-Syura [42]:18).
ۡۤ اُنۡزِلَ
فِیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ ہُدًی لِّلنَّاسِ وَ بَیِّنٰتٍ مِّنَ الۡہُدٰی وَ الۡفُرۡقَانِ
ۚ
Al-Quran diturunkan sebagai
petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk
dan pemisahkan yang hak dari yang batil ’ (Al-Baqarah [2]:186).
اِنَّہٗ
لَقَوۡلٌ فَصۡلٌ
Sesungguhnya Al-Quran itu perkataan yang
menentukan (Al-Thāriq [86]:14).
ذٰلِکَ الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾
Inilah Kitab yang sempurna,
tiada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:3).
وَ مَاۤ
اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ اِلَّا لِتُبَیِّنَ لَہُمُ الَّذِی اخۡتَلَفُوۡا
فِیۡہِ ۙ وَ ہُدًی وَّ رَحۡمَۃً
لِّقَوۡمٍ یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Kami sekali-kali tidak
menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan
kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan
perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman
(Al-Nahl [16]:65).
فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ
Yang di dalamnya terkandung perintah-perintah
kekal abadi (Al-Bayyinah [98]:4).
لَّا یَاۡتِیۡہِ الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ
ؕ
Kebatilan tidak dapat
mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya’ (Ha Mim Sajdah [41]:43).
ہٰذَا بَصَآئِرُ لِلنَّاسِ وَ ہُدًی وَّ رَحۡمَۃٌ
لِّقَوۡمٍ یُّوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
Al-Quran ini berisikan keterangan-keterangan
yang masuk akal bagi umat manusia dan merupakan petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang mempunyai keyakinan
(Al-Jatsiyah [45]:21).
فَبِاَیِّ حَدِیۡثٍۭ بَعۡدَ اللّٰہِ وَ اٰیٰتِہٖ یُؤۡمِنُوۡنَ
Kemudian kepada perkataan manakah setelah
menolak firman Allah dan tanda-tanda-Nya, mereka akan beriman’ (Al-Jatsiyah [45]:7).
قُلۡ بِفَضۡلِ اللّٰہِ وَ
بِرَحۡمَتِہٖ فَبِذٰلِکَ فَلۡیَفۡرَحُوۡا ؕ ہُوَ خَیۡرٌ مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ
﴿ ﴾
Katakanlah: “Kesemuanya itu
dengan karunia Allah dan dengan rahmat-Nya, maka karena itu mereka hendaknya
bergembira. Yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus [59]:59).
Pengertian dari ayat-ayat di atas
adalah bahwa Al-Quran itu merupakan petunjuk kepada jalan yang lurus. Kitab ini
mengandung ajaran tentang ibadah haqiqi dari mereka yang beriman. Kitab ini
juga mengingatkan orang-orang yang bertakwa akan hal yang disebut sebagai
kesempurnaan ketakwaan. Sesungguhnya ia menjadi kulminasi puncak daripada
kebijaksanaan. Di dalamnya hanya ada kebenaran haqiqi yang mengungkapkan segala
hal.
Ia adalah Nur di atas Nur dan
menjadi penyejuk bagi fikiran manusia. Adalah
yang Maha Pengasih yang telah mengajarkan Al-Quran dengan mewahyukannya sebagai
Kitab kebenaran dan sebagai neraca penimbang kebenaran. Kitab ini menjadi
petunjuk bagi umat manusia yang mengandung rincian daripada petunjuk tersebut.
Ia membedakan di antara kebenaran dan kedustaan melalui logikanya serta menjadi
makalah yang menentukan yang terbebas dari keraguan.
Allah Swt.. telah menurunkan Kitab ini sebagai pemutus dalam
masalah-masalah yang menimbulkan perselisihan agar mereka yang beriman mendapat
petunjuk dan rahmat. Kitab Al-Quran merangkum keseluruhan kebenaran yang ada
tersebar dalam Kitab-kitab terdahulu. Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik
dari depan atau pun belakang. Terkandung di dalamnya bukti-bukti nyata bagi manusia
yang akan menjadi petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman. Jika kalian
meninggalkan Allah dan semua tanda-tanda-Nya, lalu kepada apa lagi kalian akan
beriman?
Dengan demikian berarti bahwa jika
ada hadits yang bertentangan dengan Al-Quran maka hadits itu harus
ditinggalkan. Dalam hal suatu hadits bisa ditafsirkan sejalan dengan Al-Quran
maka hadits itu bisa diterima). Katakan kepada mereka bahwa berkat rahmat dan kasih Allah Swt.. maka Al-Quran ini merupakan milik yang amat
berharga yang sepatutnya kalian rengkuh dengan kegembiraan. Ia lebih baik
daripada harta-benda yang kalian kumpulkan. (Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak ada harta-benda yang lebih berharga dibanding pengetahuan dan
kebijaksanaan).
Kesumpurnaan Al-Quran
(Urdu)
Wahai
umat Kristiani, kemarilah
Tengok
Nur Allah Yang hakiki dan temukan jalan yang lurus.
Mampukah
kalian menunjukkan dari Injil
Fitrat
tak terbilang yang ada dalam Al-Quran?
Ingatlah, ada Wujud Pencipta di atas kalian,
Jangan kalian menyesatkan makhluk ciptaan-Nya.
Sampai kapan kalian akan mencintai kedustaan,
Cobalah kebenaran sebagai imbalan.
Wahai umat, takutlah akan Tuhan
kalian,
Milikilah rasa malu di hadirat-Nya.
Kesenangan hidup ini tidak lestari,
Sayangku, ini bukanlah tempat
bermukim abadi.
Tak ada yang pernah langgeng di dunia ini,
Tidak juga langgeng buana ini.
Umatku tercinta, dengarlah, tanpa Al-Quran
Tak mungkin manusia berjumpa Tuhan.
Mereka
yang tak memahami Nur hakiki,
Tak
mungkin mengenali Sang Kekasih.
Pengaruh
Al-Furqan sungguh luar biasa
Dijadikannya
manusia menjadi pencinta Tuhan,
Dengarlah dariku hal keindahan Allah terkasih
Dengarkan aku hal Wujud-Nya yang mempesona.
Jika kalian tak bermata, paling tidak kalian bertelinga,
Jika juga tidak, mungkin itu cobaan bagi kalian.
(Brahin-i-
Ahmadiyah; Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 298-300).
***
Penterjemah
dari bahasa Inggris: Ir.
Qoyum Khalid
Editor: Ki
Langlang Buana Kusuma
Pajajaran Anyar, 26 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar