Senin, 25 Juni 2012

Kesempurnaan Al-Quran


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
 – Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s.
 Kepada Al-Quran     


(Bagian 15)

 Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., bersabda:
“Semua pengetahuan sudah terangkum di dalam Al-Quran,
namun kemampuan nalar manusia belum bisa mengungkapkan semuanya”.

     “Salah satu penyebab utama dari tersesat dan menyelewengnya manusia di abad ini adalah karena di mata mereka kebesaran Al-Quran dianggap sudah tidak lagi berlaku. Ada sekelompok Muslim yang menjadi pengikut dari aliran filosofi yang menyesatkan. Mereka memutuskan semua permasalahan hanya berdasar logika saja. Mereka menyatakan bahwa hakim tertinggi yang tersedia bagi manusia untuk penyelesaian setiap permasalahan adalah logika.
     Ketika mereka menemukan bahwa eksistensi (keberadaan) malaikat Jibrail serta para malaikat lainnya sebagaimana dikemukakan dalam Kitab-kitab agama -- disamping eksistensi surga dan neraka seperti yang diutarakan Al-Quran --  ternyata tidak bisa dibuktikan oleh logika maka mereka lalu menolaknya dan beralih mencari-cari penafsiran lain yang bersifat dhaif (lemah).
      Mereka menafsirkan adanya malaikat hanya sebagai suatu kekuatan sedangkan wahyu sebagai kemampuan persepsi dari fikiran manusia. Adapun surga dan neraka mereka tafsirkan sebagai siksaan atau ketentraman ruhaniah saja. Mereka tidak menyadari bahwa logika saja tidak bisa menjadi sarana untuk penemuan sesuatu yang tersembunyi.
      Sesungguhnya kebenaran yang bersifat luhur dan wawasan yang dalam, berada di luar kemampuan daya jangkau logika manusia, dan hanya bisa dinyatakan melalui kasyaf yang haqiqi saja. Jika batu ujian dari kebenaran hanyalah logika maka keajaiban Ketuhanan akan tetap tersembunyi,  sehingga pemahaman manusia akan tetap tidak lengkap dan tidak sempurna,  dimana ia tetap saja tidak akan bisa terhindar dari keraguan dan kecurigaan.
       Akhir dari sudut pandangan sepihak seperti itu adalah hilangnya bimbingan dari atas, sehingga muncul segala rupa keraguan akan eksistensi (keberadaan) Sang Maha Pencipta sendiri,  karena ketiadaan pengetahuan mengenai cara berfikir yang digerakkan oleh Kekuatan Yang Maha Agung.  
      Pandangan yang menyatakan bahwa cukup logika saja untuk mengurai berbagai misteri Sang Maha Pencipta jelas tidak bisa dipertimbangkan.  Kelompok yang lainnya malah meninggalkan logika sama sekali dan juga meninggalkan Al-Quran yang menjadi sumber semua pengetahuan Samawi, lalu beralih kepada dongeng-dongeng dan ucapan-ucapan yang tidak berarti.
       Kami ingin menarik perhatian kedua kelompok ini kepada Kitab Suci Al-Quran, dan mengharapkan mereka untuk menilai keagungan dan Nur yang dikandungnya serta menggunakan logika mereka sejalan dengan bimbingan Nur tersebut. Mereka harus meninggalkan ucapan-ucapan orang lain, bahkan jika mereka menemukan hadits yang bertentangan dengan Al-Quran, mereka patut meninggalkannya sebagaimana diperintahkan Allah Yang Maha Agung dalam ayat:
  فَبِاَیِّ  حَدِیۡثٍۭ  بَعۡدَہٗ  یُؤۡمِنُوۡنَ
Maka kepada hal apa lagi mereka akan percaya jika mengesampingkan Al-Quran? (Al-A’rāf [7]:186).
     Tidak diragukan lagi kalau Al-Quran merupakan otoritas tertinggi yang bersifat mutlak dan pasti. Banyak dari hadits-hadits adalah hasil buatan manusia, dan buatan demikian tidak akan menang berhadapan dengan kebenaran. Telitilah ayat-ayat berikut ini secara mendalam, kemudian pertimbangkan apakah pantas bagi kita untuk mengesampingkan firman Tuhan dan mencari petunjuk atau hakim pemutus lainnya. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
اِنَّ ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  یَہۡدِیۡ  لِلَّتِیۡ ہِیَ اَقۡوَمُ
 Sesungguhnya Al-Quran ini membimbing kepada apa yang paling lurus’ (Bani Israil [17]:10).
اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ
Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang menyembah Allah (Al-Anbiya [21]:107).
وَ  اِنَّہٗ  لَتَذۡکِرَۃٌ  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ
 Sesungguhnya Al-Quran itu nasihat bagi orang-orang yang bertakwa  (Al-Hāqqah [69]:49).

وَ  اِنَّہٗ  لَحَقُّ الۡیَقِیۡنِ
 Sesungguhnya Al-Quran itu kebenaran mutlak (Al-Haqqah [69]:52).

حِکۡمَۃٌۢ  بَالِغَۃٌ  فَمَا تُغۡنِ النُّذُرُ
Hikmah yang sempurna (Al-Qamar [54]:6).

الۡکِتٰبَ تِبۡیَانًا  لِّکُلِّ شَیۡءٍ
 Kitab yang menjelaskan segala sesuatu (Al-Nahl [16]:90).

نُوۡرٌ عَلٰی نُوۡرٍ
 Nur di atas Nur  (Al-Nūr [24]:36).

   شِفَآءٌ لِّمَا فِی الصُّدُوۡرِ
 Penyembuh bagi penyakit apa pun yang ada di dalam dada (Yunus [10]:58).

اَلرَّحۡمٰنُ ۙ﴿﴾   عَلَّمَ  الۡقُرۡاٰنَ ؕ﴿﴾
 Tuhan yang Maha Pemurah, Dia mengajarkan Al-Quran  (Al-Rahmān [55]:2-3).

اَللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ الۡکِتٰبَ بِالۡحَقِّ وَ الۡمِیۡزَانَ
Allah adalah Dia yang telah menurunkan Kitab ini dengan kebenaran dan juga neraca (Al-Syura [42]:18).
ۡۤ اُنۡزِلَ فِیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ ہُدًی لِّلنَّاسِ وَ بَیِّنٰتٍ مِّنَ الۡہُدٰی وَ الۡفُرۡقَانِ ۚ
  Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan pemisahkan yang hak dari yang batil ’ (Al-Baqarah [2]:186).
اِنَّہٗ  لَقَوۡلٌ  فَصۡلٌ
 Sesungguhnya Al-Quran itu perkataan yang menentukan  (Al-Thāriq [86]:14).

ذٰلِکَ  الۡکِتٰبُ لَا رَیۡبَ ۚۖۛ فِیۡہِ ۚۛ ہُدًی  لِّلۡمُتَّقِیۡنَ ۙ﴿﴾
  Inilah Kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya  (Al-Baqarah [2]:3).

وَ مَاۤ  اَنۡزَلۡنَا عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ اِلَّا لِتُبَیِّنَ لَہُمُ الَّذِی اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ ۙ وَ ہُدًی  وَّ  رَحۡمَۃً   لِّقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Kami sekali-kali tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (Al-Nahl [16]:65).
فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ
 Yang di dalamnya terkandung perintah-perintah kekal abadi  (Al-Bayyinah [98]:4).
لَّا یَاۡتِیۡہِ  الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ ؕ
Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya’ (Ha Mim Sajdah [41]:43).
ہٰذَا بَصَآئِرُ  لِلنَّاسِ وَ ہُدًی  وَّ  رَحۡمَۃٌ لِّقَوۡمٍ  یُّوۡقِنُوۡنَ ﴿﴾
 Al-Quran ini berisikan keterangan-keterangan yang masuk akal bagi umat manusia dan merupakan petunjuk dan rahmat bagi kaum yang mempunyai keyakinan (Al-Jatsiyah [45]:21).
فَبِاَیِّ حَدِیۡثٍۭ بَعۡدَ اللّٰہِ  وَ اٰیٰتِہٖ یُؤۡمِنُوۡنَ
 Kemudian kepada perkataan manakah setelah menolak firman Allah dan tanda-tanda-Nya, mereka akan beriman’ (Al-Jatsiyah [45]:7).
قُلۡ بِفَضۡلِ اللّٰہِ وَ بِرَحۡمَتِہٖ فَبِذٰلِکَ فَلۡیَفۡرَحُوۡا ؕ ہُوَ  خَیۡرٌ  مِّمَّا  یَجۡمَعُوۡنَ ﴿ ﴾
Katakanlah: “Kesemuanya itu dengan karunia Allah dan dengan rahmat-Nya, maka karena itu mereka hendaknya bergembira. Yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus [59]:59).
     Pengertian dari  ayat-ayat di atas adalah bahwa Al-Quran itu merupakan petunjuk kepada jalan yang lurus. Kitab ini mengandung ajaran tentang ibadah haqiqi dari mereka yang beriman. Kitab ini juga mengingatkan orang-orang yang bertakwa akan hal yang disebut sebagai kesempurnaan ketakwaan. Sesungguhnya ia menjadi kulminasi puncak daripada kebijaksanaan. Di dalamnya hanya ada kebenaran haqiqi yang mengungkapkan segala hal.
      Ia adalah Nur di atas Nur dan menjadi penyejuk bagi fikiran manusia.  Adalah yang Maha Pengasih yang telah mengajarkan Al-Quran dengan mewahyukannya sebagai Kitab kebenaran dan sebagai neraca penimbang kebenaran. Kitab ini menjadi petunjuk bagi umat manusia yang mengandung rincian daripada petunjuk tersebut. Ia membedakan di antara kebenaran dan kedustaan melalui logikanya serta menjadi makalah yang menentukan yang terbebas dari keraguan.
     Allah Swt.. telah menurunkan Kitab ini sebagai pemutus dalam masalah-masalah yang menimbulkan perselisihan agar mereka yang beriman mendapat petunjuk dan rahmat. Kitab Al-Quran merangkum keseluruhan kebenaran yang ada tersebar dalam Kitab-kitab terdahulu. Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depan atau pun belakang. Terkandung di dalamnya bukti-bukti nyata bagi manusia yang akan menjadi petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman. Jika kalian meninggalkan Allah dan semua tanda-tanda-Nya, lalu kepada apa lagi kalian akan beriman?  
          Dengan demikian berarti bahwa jika ada hadits yang bertentangan dengan Al-Quran maka hadits itu harus ditinggalkan. Dalam hal suatu hadits bisa ditafsirkan sejalan dengan Al-Quran maka hadits itu bisa diterima). Katakan kepada mereka bahwa berkat rahmat dan kasih Allah Swt.. maka Al-Quran ini merupakan milik yang amat berharga yang sepatutnya kalian rengkuh dengan kegembiraan. Ia lebih baik daripada harta-benda yang kalian kumpulkan. (Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada harta-benda yang lebih berharga dibanding pengetahuan dan kebijaksanaan).

Kesumpurnaan Al-Quran 
 (Urdu)

Wahai umat Kristiani, kemarilah
Tengok Nur Allah Yang hakiki dan temukan jalan yang lurus.
Mampukah kalian menunjukkan dari Injil
Fitrat tak terbilang yang ada dalam Al-Quran?

Ingatlah, ada Wujud Pencipta di atas kalian,
Jangan kalian menyesatkan makhluk ciptaan-Nya.
Sampai kapan kalian akan mencintai kedustaan,
Cobalah kebenaran sebagai imbalan.

Wahai umat, takutlah akan Tuhan kalian,
Milikilah rasa malu di hadirat-Nya.
Kesenangan hidup ini tidak lestari,
Sayangku, ini bukanlah tempat bermukim abadi.

Tak ada yang pernah langgeng di dunia ini,
Tidak juga langgeng buana ini.
Umatku tercinta, dengarlah, tanpa Al-Quran
Tak mungkin manusia berjumpa Tuhan.
Mereka yang tak memahami Nur hakiki,
Tak mungkin mengenali Sang Kekasih.
Pengaruh Al-Furqan sungguh luar biasa
Dijadikannya manusia menjadi pencinta Tuhan,

Dengarlah dariku hal keindahan Allah terkasih
Dengarkan aku hal Wujud-Nya yang mempesona.
Jika kalian tak bermata, paling tidak kalian bertelinga,
Jika juga tidak, mungkin itu cobaan bagi kalian.

(Brahin-i- Ahmadiyah; Ruhani Khazain, jld. I, hlm.  298-300).

***

Penterjemah dari bahasa Inggris:  Ir.  Qoyum Khalid
Editor: Ki Langlang Buana Kusuma

Pajajaran Anyar, 26 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar