بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
– Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. –
kepada Allah
Swt.
(Bagian 1)
Dalam Blog “Pajajaran Anyar”, penulis telah
menjelaskan hakikat “Uga Wangsit Prabu Siliwangi”, terutama makna “Pajajaran
Anyar” yang diperintah oleh “Ratu Adil” serta makna “Urang Sunda”, serta hubungannya dengan Jemaat
Muslim Ahmadiyah yang didirikan Mirza
Ghulam Ahmad a.s., yang atas perintah Allah Swt. telah mendakwakan diri
sebagai “Rasul Akhir Zaman” yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama, dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda
(QS.77:12), untuk mengajak mereka kepada Tauhid Ilahi yang hakiki,
sebagaimana yang difahami dan diamalkan (diajarkan) oleh Nabi
Besar Muhammad saw. , firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ
کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang telah
mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama
yang haq (benar) untuk mengunggulkannya
atas semua agama walau pun orang-orang
musyrik membenci” (Al-Shaf [61]:10).
Firman-Nya lagi:
وَ اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan (Al-Mursalāt
[77]:12)
Tujuan
penulisan dalam Blog ‘Pajajaran Anyar” tersebut tiada lain untuk menambah
wawasan baru berkenaan dengan makna-makna
mendalam lainnya yang terkandung dalam “Uga
Wangsit Prabu Siliwangi”, karena berkenaan dengan “Uga Wangsit Prabu Siliwangi”
tersebut banyak yang telah memberikan tafsirannya sesuai
wawasan pengetahuan mereka masing-masing.
Ada pun mengenai kebenaran atau pun kekeliruan dari “tafsir-tafsir” tersebut
hanya Allah Swt. sajalah yang mengetahuinya, dan sebaiknya para pencinta “Prabu Siliwangi” -- Sri
Baduga Maharaja -- dan “Kerajaan Pajajaran” tidak
ikut-ikutan “saling mengkafirkan”
sebagaimana yang terjadi dalam “dunia
agama” di antara para pemeluknya, baik yang berbeda agama mau pun yang berbeda paham,
walau pun mereka itu merupakan pemeluk
agama yang sama, sebab sikap-sikap tak terpuji seperti itu sangat tidak
menguntungkan bagi terciptanya “Persaudaraan umat beragama” mau pun bagi
“Kesatuan dan Persatuan Bangsa”,
khususnya di NKRI tercinta ini.
Kenapa demikian? Sebab “Kesatuan
dan persatuan umat” identik dengan Tauhid Ilahi, sedangkan “perpecahan umat” identik dengan kemusyrikan.
Sehubungan dengan itu Allah Swt.
berfirman:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ
الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ
عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ
وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan tegakkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus. Turutilah fitrat
Allah yang atas
dasar itu Dia menciptakan manusia.
Tidak ada perubahan untuk ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Kembalilah
bertaubat kepada-Nya
dan bertakwalah kepada-Nya dan dirikanlah shalat dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan,
tiap-tiap kelompok mereka gembira (bangga) dengan apa yang ada pada
mereka.
(Al-Rūm
[30:31-33).
Dalam Blog ini penulis akan menampilkan syair-syair (qasidah) karya Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang tersebar dalam
berbagai karya tulis beliau yang
jumlahnya lebih dari 84 buah buku, yang isinya mengemukakan mengenai kesempurnaan agama Islam dan kesucian
serta ketinggian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw., termasuk
wawasan pengetahuan mendalam Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengenai Tauhi Ilahi, sebab Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa Dia hanya
membukakan rahasia-rahasia-Nya
kepada Rasul yang diridhai-Nya -- sebagaimana halnya telah mengajarkan Asmā-Nya (nama-nama-Nya)
kepada Adam, khalifah Allah -- firman-Nya:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ
اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی
مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ
بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ
رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang Maha mengetahui yang gaib maka Dia tidak menampakkan perkara gaib-Nya kepada siapa pun kecuali
kepada orang yang Dia ridhai di
antara Rasul-Nya, maka
sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyampaikan risalat-risalat Tuhan mereka, dan Dia meliputi
semua yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu dengan rinci.
(Al-Jin
[72]:27-29).
Firman-Nya mengenai Adam,
Khalifah Allah:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ
اِنِّیۡ
جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ
نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ
مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ عَلَّمَ
اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ
اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ
اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ
بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ
مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menjadikan seorang
khalifah di bumi". Mereka
berkata: "Apakah Engkau
akan menjadikan orang
yang akan berbuat kerusakan di dalamnya dan akan
menumpahkan darah di dalamnya, padahal
kami senantiasa menyanjung kesucian dengan pujian Engkau dan menyanjung kesucian
Engkau". Dia berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama semuanya, kemudian Dia mengemukakan semua itu kepada malaikat-malaikat lalu
Dia berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku semua
nama-nama
itu
jika kamu orang-orang
yang benar." Mereka berkata: "Mahasuci
Engkau, kami tidak mempunyai ilmu
kecuali apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana." Dia berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka nama-nama mereka itu",
maka tatkala diberitahukan kepada mereka nama-nama mereka itu Dia
berfirman, "Bukankah Aku telah berfirman kepada kamu, sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
seluruh langit dan bumi, dan
mengetahui apa yang kamu nyatakan
dan apa
yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah [2]:31-35).
Berikut adalah terjemahan syair
karya Pendiri Jemaat Ahmadiyah – Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- dalam bahasa Urdu, berkenaan rasa
syukur beliau kepada Allah Swt., Yang telah berkenan memilih beliau sebagai Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya
ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama
dengan nama (sebutan) yang berbeda-beda (QS.61:10; QS.77:12).
Syair-syair Mirza Ghulam Ahmad a.s.
وَ اِذۡ
تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ketika Tuhan
kamu mengumumkan: "Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya Aku akan menambahkan lebih
banyak karunia kepada
kamu, dan jika kamu benar-benar tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sangat keras" (Ibrahim
[14]:8).
Syukur kepada Allah Swt
(Urdu)
(Urdu)
Ya Allah, Maha Pencipta, Yang Menyembunyikan segala kelemahan,
Yang Maha Kuasa;
Wahai Kekasih-ku, Maha Pelindung, Maha Pemelihara.
Bagaimana caraku bersyukur kepada Engkau?
Wahai Pengarunia
segala berkat yang akbar.
Di mana ‘kan kuperoleh bahasa guna menyatakan syukurku?
Semata berkat dan karunia Engkau maka Engkau memilih aku,
Karena tak berkekurangan hamba-hamba yang ikhlas di
hadirat Engkau.
Mereka yang berjanji menjadi sahabat, kini menjadi musuh,
Namun Engkau tidak meninggalkan diriku,
Wahai Sang Pemenuh segala hajatku.
Wahai Sahabat Yang Maha Esa, wahai Pelindung diriku;
Engkau semata cukup bagiku, aku tak berdaya tanpa Diri
Engkau;
Jika bukan karena Berkat Engkau, maka lama sudah aku jadi
debu,
Hanya Allah yang tahu kemana ditebarkan ini debu.
Semoga hati, jiwa dan wujudku dikurbankan di Jalan Engkau;
Tak ada lagi wujud yang mencintai laiknya Engkau.
Sejak awal aku tumbuh dalam naungan perlindungan Engkau yang berberkat
Laiknya bayi menyusu, aku telah Engkau pelihara.
Tidak ada anak manusia memiliki kesetiaan seperti Engkau;
Selain Engkau, tak ada aku berjumpa sahabat yang
mengasihi.
Orang bilang bahwa “Ia yang tidak berarti tidak akan diridhai”;
Namun meski tak berarti, aku telah Engkau terima di hadirat Engkau;
Demikian banyak berkat dan karunia Engkau atas diriku;
Akan tetap tidak terbilang sampai Hari Kiamat nanti.
(Brahin-i- Ahmadiyah, bag. V;
Ruhani
Khazain, Jld. 21, hlm. 127).
* * *
Penterjemah dari bahasa
Inggris: Ir. Qoyum Khalid
Editor: Ki Langlang Buana Kusuma
Pajajaran
Anyar, 23 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar