Senin, 25 Juni 2012

Kemuliaan Nabi Besar Muhammad Saw.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


 

Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
 – Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s.
 kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

(Bagian 8)

  Kemuliaan Maqam Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw.
sebagai
Khātaman Nabiyyīn

 
     Allah Swt. telah berfirman dalam hadits Qudsi mengenai Nabi Besar Muhammad saw.: “Kalau bukan karena engkau Aku tidak akan menciptakan alam semesta ini.”
     Pernyataan Allah Swt. tersebut menjelaskan bahwa  kelahiran dan pengutusan Nabi Besar Muhamm ad saw. sebagai pembawa syariat terakhir dan tersempurna – yakni agama Islam atau Al-Quran (QS.5:4) – merupakan  puncak kesempurnaan penciptaan makhluk, sehingga merupakan kewajiban bagi  seluruh umat manusia yang hidup di masa beliau saw. hingga Hari Kiamat nanti untuk beriman dan melaksanakan agama (ajaran) Islam (Al-Quran) sebagaimana yang telah difahami dan diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-NYa:
قُلۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah  aku, maka Allah pun akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah  Maha Pengampun, Maha Penyayang (Ali ‘Imran [3]:32).
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kesempurnaan suri teladan Nabi Besar Muhammad saw. bagi  orang-orang yang ingin mendapat kecintaan Allah Swt.:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh   kamu benar-benar mendapati dalam diri Rasulullah suri teladan yang sebaik-baiknya bagi orang yang mengarapkan bertemu dengan Allah dan Hari Akhir dan yang banyak-banyak mengingat Allah (Al-Ahzāb [33]:22).
      Ada pun tanda orang-orang yang mendapat kecintaan Allah Swt. melalui kepatuh-taatan sempurna kepada Nabi Besar Muhammad  saw. adalah mereka akan termasuk ke dalam salah satu golongan dari 4 golongan orang-orang yang mendapat nikmat-nikmat keruhanian dari Allah Swt., yakni “nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang shalih”, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini (Rasulullah) maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, saksi-saksi (syuhada), dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah sahabat yang sejati.  Itulah karunia  dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (Al-Nisa [4];70-71).
      Keempat macam nikmat-nikmat keruhanian itulah yang dimaksudkan dalam Surah Al-Fatihah, yang merupakan kewajiban bagi orang-orang yang mendirikan shalat untuk memohonnya kepada Allah Swt., itulah sebabnya shalat tanpa membaca Surah Al-Fatihah tidak sah.
      Dengan kata lain, keempat macam nikmat keruhanian tersebut merupakan “stempel ruhani” yang harus  terdapat dalam diri setiap Muslim yang mengaku mencintai Allah Swt. dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:33; QS.4:70-71), yang tanda adanya “stempel”  berupa salah satu dari keempat “nikmat keruhanian” tersebut maka  pengakuan kecintaan seseorang kepada Allah Swt. dan  Nabi Besar Muhammad saw. akan dipertanyakan Allah Swt..  
     Kenapa demikian? Sebab itulah salah satu makna pemberian gelar KHATAMAN NABIYYIN kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:41), yang dari seklian banyak arti, salah satu arti dari kata khatam adalah “cap”  atau “stempel”, artinya siapa pun  yang “melekatkan diri”  kepada Nabi Besar Muhammad saw. -- melalui kepatuhtaatan kepada Allah Swt. dan beliau saw. (QS.3:32) -- maka dalam priadinya akan terdapat “gambar Muhammad saw.” yang jenisnya telah dijelaskan dalam QS.4:70-71 (nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, saksi-saksi - syuhada, dan orang-orang shaleh), di luar itu mereka akan termasuk golongan “maghdhuubi ‘alayhim dan dhalliin” (QS.1:7).
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ ؕ وَ  کَانَ اللّٰہُ  بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪ ﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang  laki-laki pun di antara kamu, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Khātaman Nabiyyīn, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-Ahzāb [33]:41).

Syair-syair  Mirza Ghulam Ahmad a.s.

   Kemuliaan Nabi Besar Muhmmad Saw.
(Urdu)


Wahai Sumber mata air pengetahuan dan rahmat Ilahi,
Semua makhluk bagai yang haus menjurus kepada engkau.
Wahai Samudera rahmat dan karunia tak berhingga,
Umat meluruk engkau berbekal wadah piala kosong.

Wahai Mentari kerajaan keindahan dan rahmat,
Engkau telah mencerahkan wajah gurun dan kota.
Sebuah bangsa mendapat kehormatan memiliki engkau
Dan yang lain mendengar Rembulan yang telah memukau diriku.

Berurai air mata mereka mengenang keindahan dikau,
Kepedihan perpisahan merenggut kalbu.
Hati-hati yang berdetak liar,
Dan air mata yang mengalir deras.

Wahai engkau yang bercahaya laiknya mentari dan rembulan,
Telah mencerahkan keseharian dengan nur engkau.
Wahai Bulan purnama, tanda dari Tuhan kami Yang Pengasih,
Wahai Pembimbing yang paling terbimbing dan yang paling perkasa.

Wajah engkau cemerlang memukau mata,
Fitrat termulia di antara fitrat manusia.
Ia wujud pemurah, pengasih, pecinta ketakwaan,
Pengasih dan yang mengungguli para pemuda.

Kesempurnaan dan kecantikannya mengungguli semua mahluk,
Dalam keagungan dan dalam keramahannya.
Tak diragukan, Muhammad adalah makhluk terbaik,
Ia adalah yang terbaik dan Penghulu pilihan.

Semua kesempurnaan mewujud dalam dirinya,
Karunia tiap zaman memuncak dalam wujudnya.
Allah saksiku bahwa Muhammad adalah khalifah-Nya,
Hanya melalui ia semata akan dicapai hadirat Ilahiah.

Ia adalah kebanggaan setiap orang saleh dan suci,
Bala tentara keruhanian menyanjung dirinya.
Ia lebih luhur dari mereka yang pernah mendekat kepada Allah,
Karena kriteria keluhuran adalah fitrat, bukannya masa.

Gerimis halus sering mengisyaratkan hujan,
Namun ada perbedaan besar di antara keduanya.
Hanya ia pemanah yang tak pernah meleset sasaran,
Ia itulah pemanah utama yang panahnya membunuh syaitan.

Ia mirip dengan taman surgawi, aku melihat buahnya,
Yang rangkaiannya telah diturunkan ke kalbuku.
Ia adalah samudra kebenaran dan bimbingan,
Penuh pesona laiknya mutiara.

Sesungguhnya Isa telah wafat namun Nabi kami tetap hidup,
Tuhan saksiku bahwa aku telah bertemu wujudnya.
Sumpahku demi Allah, aku telah menyaksikan wujudnya yang cantik,
Dengan mata kepala sendiri kala duduk di rumahku.

Nabi Suci kami tetap hidup dan aku saksinya,
Ku dapat karunia bernas berbicara dengannya.
Ku dapat kehormatan melihat wujudnya di masa mudaku,
Ia memberkatiku dengan kehadirannya dalam keadaan terjaga.

Sesungguhnya aku hidup kembali berkat rahmatnya,
Puji syukur kepada Allah, betapa ajaibnya, betapa agung hidup yang
dikaruniakannya kepadaku.
Wahai Tuhan-ku, limpahkan berkat Engkau kepada Nabi Suci,

Selama-lamanya, di dunia dan di akhirat.
Wahai Penghuluku, aku mengetuk pintu engkau laiknya orang teraniaya,
Karena umatku menyakiti diriku dengan menyebutku kafir.
 Pandanglah aku dengan belas kasihan,

Wahai junjunganku, aku adalah hamba engkau yang paling hina.
Wahai kekasihku, jiwaku, inderaku, kalbuku,
Seluruhnya penuh diresapi kasih engkau.
Wahai taman kegembiraan, tak pernah sejenak punWaktu berlalu tanpa mengenang engkau.

Kalbu yang dikempa kerinduan, tubuhku ingin terbang ke arah engkau,
Andai  saja aku berkuasa melakukannya.

(Ayena Kamalati Islam, Qadian,  1893;   Ruhani Khazain, jld. V, hlm.  590-594).

 * * *

Penterjemah dari bahasa Inggris:  Ir.  Qoyum Khalid
Editor: Ki Langlang Buana Kusuma

Pajajaran Anyar, 25 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar