بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Syair-syair
Kecintaan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
– Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. –
kepada Nabi
Besar Muhammad Saw.
(Bagian 8)
Kemuliaan Maqam Ruhani Nabi Besar Muhammad
Saw.
sebagai
“Khātaman Nabiyyīn”
Allah Swt. telah berfirman dalam hadits
Qudsi mengenai Nabi Besar Muhammad saw.: “Kalau
bukan karena engkau Aku tidak akan menciptakan alam semesta ini.”
Pernyataan Allah Swt. tersebut menjelaskan
bahwa kelahiran dan pengutusan Nabi
Besar Muhamm ad saw. sebagai pembawa syariat
terakhir dan tersempurna – yakni
agama Islam atau Al-Quran (QS.5:4) – merupakan
puncak kesempurnaan penciptaan makhluk, sehingga merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia yang hidup di masa
beliau saw. hingga Hari Kiamat nanti untuk beriman
dan melaksanakan agama (ajaran) Islam
(Al-Quran) sebagaimana yang telah difahami dan diamalkan oleh Nabi Besar
Muhammad saw., firman-NYa:
قُلۡ
اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ
وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Katakanlah:
“Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah
aku, maka Allah pun akan
mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (Ali
‘Imran [3]:32).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
kesempurnaan suri teladan Nabi Besar
Muhammad saw. bagi orang-orang yang
ingin mendapat kecintaan Allah Swt.:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh kamu benar-benar
mendapati dalam diri Rasulullah suri
teladan yang sebaik-baiknya bagi orang yang mengarapkan bertemu dengan Allah dan Hari Akhir dan yang banyak-banyak mengingat Allah (Al-Ahzāb [33]:22).
Ada pun tanda orang-orang yang mendapat kecintaan Allah Swt. melalui kepatuh-taatan sempurna kepada Nabi
Besar Muhammad saw. adalah mereka akan termasuk ke dalam salah satu golongan
dari 4 golongan orang-orang yang mendapat nikmat-nikmat keruhanian dari Allah
Swt., yakni “nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang
shalih”, firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ
مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ
وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ
اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini
(Rasulullah) maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang yang kepada
mereka Allah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
saksi-saksi (syuhada), dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah sahabat
yang sejati. Itulah karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha
Mengetahui (Al-Nisa
[4];70-71).
Keempat macam nikmat-nikmat keruhanian itulah yang
dimaksudkan dalam Surah Al-Fatihah,
yang merupakan kewajiban bagi orang-orang
yang mendirikan shalat untuk
memohonnya kepada Allah Swt., itulah sebabnya shalat tanpa membaca Surah
Al-Fatihah tidak sah.
Dengan kata lain, keempat
macam nikmat keruhanian tersebut
merupakan “stempel ruhani” yang
harus terdapat dalam diri setiap Muslim
yang mengaku mencintai Allah Swt. dan
Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:33; QS.4:70-71), yang tanda adanya
“stempel” berupa salah satu dari keempat
“nikmat keruhanian” tersebut
maka pengakuan kecintaan seseorang
kepada Allah Swt. dan Nabi Besar
Muhammad saw. akan dipertanyakan Allah Swt..
Kenapa demikian? Sebab itulah
salah satu makna pemberian gelar KHATAMAN
NABIYYIN kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:41), yang dari seklian
banyak arti, salah satu arti dari kata khatam
adalah “cap” atau “stempel”,
artinya siapa pun yang “melekatkan
diri” kepada Nabi Besar Muhammad saw. --
melalui kepatuhtaatan kepada Allah
Swt. dan beliau saw. (QS.3:32) -- maka dalam priadinya akan terdapat “gambar Muhammad saw.” yang jenisnya
telah dijelaskan dalam QS.4:70-71 (nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq, saksi-saksi - syuhada, dan orang-orang shaleh), di luar itu mereka akan termasuk golongan “maghdhuubi ‘alayhim dan dhalliin”
(QS.1:7).
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ
اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪ ﴾
Muhammad bukanlah bapak
salah seorang laki-laki pun di antara
kamu, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Khātaman Nabiyyīn, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-Ahzāb [33]:41).
Syair-syair Mirza Ghulam Ahmad a.s.
Kemuliaan Nabi Besar
Muhmmad Saw.
(Urdu)
Wahai Sumber mata air pengetahuan dan rahmat Ilahi,
Semua makhluk bagai yang haus menjurus kepada engkau.
Wahai Samudera rahmat dan karunia tak berhingga,
Umat meluruk engkau berbekal wadah piala kosong.
Wahai Mentari kerajaan keindahan dan
rahmat,
Engkau telah mencerahkan wajah gurun
dan kota.
Sebuah bangsa mendapat kehormatan
memiliki engkau
Dan yang lain mendengar Rembulan yang
telah memukau diriku.
Berurai air mata mereka mengenang keindahan dikau,
Kepedihan perpisahan merenggut kalbu.
Hati-hati yang berdetak liar,
Dan air mata yang mengalir deras.
Wahai engkau yang bercahaya laiknya
mentari dan rembulan,
Telah mencerahkan keseharian dengan
nur engkau.
Wahai Bulan purnama, tanda dari Tuhan
kami Yang Pengasih,
Wahai Pembimbing yang paling
terbimbing dan yang paling perkasa.
Wajah engkau cemerlang memukau mata,
Fitrat termulia di antara fitrat manusia.
Ia wujud pemurah, pengasih, pecinta ketakwaan,
Pengasih dan yang mengungguli para pemuda.
Kesempurnaan dan kecantikannya
mengungguli semua mahluk,
Dalam keagungan dan dalam
keramahannya.
Tak diragukan, Muhammad adalah makhluk
terbaik,
Ia adalah yang terbaik dan Penghulu
pilihan.
Semua kesempurnaan mewujud dalam dirinya,
Karunia tiap zaman memuncak dalam wujudnya.
Allah saksiku bahwa Muhammad adalah khalifah-Nya,
Hanya melalui ia semata akan dicapai hadirat Ilahiah.
Ia adalah kebanggaan setiap orang
saleh dan suci,
Bala tentara keruhanian menyanjung
dirinya.
Ia lebih luhur dari mereka yang
pernah mendekat kepada Allah,
Karena kriteria keluhuran adalah
fitrat, bukannya masa.
Gerimis halus sering mengisyaratkan hujan,
Namun ada perbedaan besar di antara keduanya.
Hanya ia pemanah yang tak pernah meleset sasaran,
Ia itulah pemanah utama yang panahnya membunuh syaitan.
Ia mirip dengan taman surgawi, aku
melihat buahnya,
Yang rangkaiannya telah diturunkan ke
kalbuku.
Ia adalah samudra kebenaran dan
bimbingan,
Penuh pesona laiknya mutiara.
Sesungguhnya Isa telah wafat namun Nabi kami tetap hidup,
Tuhan saksiku bahwa aku telah bertemu wujudnya.
Sumpahku demi Allah, aku telah menyaksikan wujudnya yang
cantik,
Dengan mata kepala sendiri kala duduk di rumahku.
Nabi Suci kami tetap hidup dan aku
saksinya,
Ku dapat karunia bernas berbicara
dengannya.
Ku dapat kehormatan melihat wujudnya
di masa mudaku,
Ia memberkatiku dengan kehadirannya
dalam keadaan terjaga.
Sesungguhnya aku hidup kembali berkat rahmatnya,
Puji syukur kepada Allah, betapa ajaibnya, betapa agung
hidup yang
dikaruniakannya kepadaku.
Wahai Tuhan-ku, limpahkan berkat Engkau kepada Nabi Suci,
Selama-lamanya, di dunia dan di
akhirat.
Wahai Penghuluku, aku mengetuk pintu
engkau laiknya orang teraniaya,
Karena umatku menyakiti diriku dengan
menyebutku kafir.
Pandanglah aku dengan belas kasihan,
Wahai junjunganku, aku adalah hamba engkau yang paling
hina.
Wahai kekasihku, jiwaku, inderaku, kalbuku,
Seluruhnya penuh diresapi kasih engkau.
Wahai taman kegembiraan, tak pernah sejenak punWaktu
berlalu tanpa mengenang engkau.
Kalbu yang dikempa kerinduan, tubuhku
ingin terbang ke arah engkau,
Andai saja aku berkuasa melakukannya.
(Ayena Kamalati Islam,
Qadian, 1893; Ruhani Khazain, jld. V, hlm.
590-594).
* * *
Penterjemah dari bahasa
Inggris: Ir. Qoyum Khalid
Editor: Ki Langlang Buana Kusuma
Pajajaran
Anyar, 25 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar